Kamis, 30 Juni 2016

Al Quran Sebagai Pedoman Hidup






Hidup itu memerlukan panduan atau kompas agar tidak tersesat, bagi umat manusia pedoman atau panduan atau kompas yang membimbing hidup agar menjadi baik dan bermanfaat adalah kitab suci dari agama yang dianutnya

Al Quran sebagai pedoman hidup untuk mengatur semua yang berkaitan dengan perbuatan manusia di dunia. Dengan menjadikan Al Quran sebagai pedoman kehidupan akan menghasilkan kesejahteraan, akhlak mulia dan peradaban bagi manusia. Menjalani kehidupan di dunia merupakan sebuah perjalanan yang singkat menurut pandangan kaum muslimin. Tujuan hidup sebenarnya ialah menggapai ridho Allah SWT agar kehidupan kelak di akhirat berbahagia. Tapi banyak manusia terlena dengan pesona dunia, mereka rela meninggalkan pondasi dari Al Quran hanya untuk mengejar sesuatu yang bersifat sementara. Kehidupan yang kekal di akhirat ditukar dengan kesenangan yang hanya berlalu sekian waktu saja.
Al Quran merupakan kitab suci yang sempurna, baik itu dalam hal mengatur kehidupan penganutnya, maupun dalam berinteraksi dengan Tuhannya dalam bentuk ritual ibadah yang secara wajib dikerjakan dalam tuntunannya. Semua ajaran Islam tersebut bersumber pada satu kitab suci tersebut. Pada zaman dulu semua persoalan dapat diselesaikan langsung oleh Rasulullah saw. Jika ada persoalan yang sulit dipecahkan, maka Allah memberi petunjuk melalui wahyu. Lalu setelah Nabi dan Rasul wafat, manusia perlu pedoman agar kehidupan mereka tidak berantakan.
Al Quran sebagai pedoman hidup manusia dan umat Muslim khususnya. Jika tanpa pegangan atau pedoman, maka manusia akan kehilangan arah. Perjalanan hidup penuh dengan berbagai persoalan, dari persoalan yang paling ringan sampai yang paling berat. Firman Allah yang dihimpun dalam sebuah kitab yang bernama Al Quran, menjadi petunjuk yang komplit bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan Sang Khalik, dengan sesama manusia dan makhluk lainnya.
Umat Islam membutuhkan Al Quran untuk menjalani hidup agar selamat dunia dan akhirat. Apabila manusia tidak mempunyai pedoman hidup, manusia itu akan berbuat sesukanya, bertingkah laku seperti hewan dan melakukan hukum rimba. Sebagai petunjuk agar selaras dalam menyimbangkan kehidupan antar manusia dan lainnya. Merupakan kalam Allah Swt, bukan sebuah syair, puisi ataupun ungkapan para pujangga. Kandungan, isi dan kemurniannya tetap terjaga sepanjang zaman. Kitab suci Al Quran merupakan panduan hidup manusia.
Allah Swt telah menurunkan Al Quran sebagai pedoman hidup bagi manusia agar selamat dunia maupun akhirat kelak. Faktanya jika hanya memakai akal dan logika, manusia sering keliru mengenal Allah Swt. Untuk membantu manusia mengenalNya dengan maksimal, butuh adanya tuntunan dari Allah Ta’ala. Yaitu berupa wahyu yang diturunkan melalui utusanNya. Dengan adanya wahyu tersebut, maka manusia dengan mudah bisa mengenal Sang Khalik.

Untuk itu hendaknya kita renungkan firman Allah SWT:
Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit (QS Thaha [20] 12-124)


Rabu, 29 Juni 2016

REZEKI



Makna rezeki menurut kamus besar bahasa indonesia adalah segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah;  ataui penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk memelihara kehidupan); keuntungan; kesempatan mendapat makan;-- elang tak akan dapat (dimakan) oleh musang (burung pipit), pb setiap orang ada keuntungannya masing- masing; ada nyawa (umur) ada -- , pb selama masih hidup kita tentu masih sanggup berusaha;
-- batin sesuatu yang berguna bagi batin; santapan rohani;
-- halal pendapatan yang halal (yang diperoleh dengan jujur);
-- mahal sukar mencari rezeki (penghidupan); jarang sekali mendapat keuntungan;
-- mata segala sesuatu yang sedap dipandang;
-- meninggi mendapat keuntungan tidak dengan bersusah payah;
-- merendah segala yang dikerjakan selalu menguntungkan;
-- murah mudah mendapat penghidupan; kerap kali mendapat keuntungan;
-- musang ki gadis yang tidak terjaga;
-- nomplok cak rezeki yang diperoleh tanpa diduga dan dalam jumlah yang cukup besar

Rezeki adalah:
 “Segala sesuatu yang bermanfaat yang Allah halalkan untukmu, entah berupa pakaian, makanan, sampai pada istri. Itu semua termasuk rezeki. Begitu pula anak laki-laki atau anak peremupuan termasuk rezeki. Termasuk pula dalam hal ini adalah kesehatan, pendengaran dan penglihatan.”
Dari pengertian di atas, rezeki ternyata tidak identik dengan harta dan uang. Jadi, janganlah kita sempitkan pada maksud tersebut saja.

Pemanfaatan Rezeki
Rezeki yang kita peroleh wajib dimanfaatkan untuk hal yang baik. Disebut dalam ayat      "   Ù…ِÙ…َّاDan menafkahkan (mengeluarkan) sebagian rezeki yang dinafkahkan untuk mereka.” (QS. Al-Baqarah: 3)
Jika rezeki berupa harta, maka wajib diperhatikan zakat dari harta tersebut atau mengeluarkannya untuk sedekah yang sunnah. Ada pula rezeki selain harta yang juga diperintahkan untuk dimanfaatkan untuk hal-hal baik, seperti rezeki berupa akal, pendengaran dan penglihatan.

Adapun pemanfaatan rezeki dengan dua acara:
1- Rezeki atau nikmat dimanfaatkan untuk melakukan ketaatan pada Allah.
2- Rezeki tersebut dimanfaatkan untuk memberi manfaat pada kaum muslimin yang lain.

Ibnu Hazm berkata,
 “Setiap nikmat yang tidak digunakan untuk mendekatkan diri pada Allah, itu hanyalah musibah.” (Jaami’ul Ulum wal Hikam, 2: 82)

Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan  manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya.” (HR. Thabrani di dalam Al Mu’jam Al Kabir no. 13280, 12: 453. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al Jaami’ no. 176).


Carilah Rezeki dengan Cara yang Halal
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.” (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8: 166, hadits shahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah no. 2866).

Dalam hadits disebutkan bahwa kita diperintah untuk mencari rezeki dengan cara yang baik atau diperintahkan untuk “ajmilu fit tholab”. Apa maksudnya?
·         Janganlah berputus asa ketika belum mendapatkan rezeki yang halal sehingga menempuh cara dengan maksiat pada Allah. Jangan sampai kita berucap, “Rezeki yang halal, mengapa sulit sekali untuk datang?”
·         Jangan sampai engkau mencelakakan dirimu untuk sekedar meraih rezeki.
Dalam hadits di atas berarti diperintahkan untuk mencari rezeki yang halal. Janganlah rezeki tadi dicari dengan cara bermaksiat atau dengan menghalalkan segala cara. Kenapa ada yang menempuh cara yang haram dalam mencari rezeki? Di antaranya karena sudah putus asa dari rezeki Allah sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.
Intinya karena tidak sabar. Seandainya mau bersabar mencari rezeki, tetap Allah beri karena jatah rezeki yang halal sudah ada. Coba renungkan perkataan Ibnu ‘Abbas berikut ini. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,  “Seorang mukmin dan seorang fajir (yang gemar maksiat) sudah ditetapkan rezeki baginya dari yang halal. Jika ia mau bersabar hingga rezeki itu diberi, niscaya Allah akan memberinya. Namun jika ia tidak sabar lantas ia tempuh cara yang haram, niscaya Allah akan mengurangi jatah rezeki halal untuknya.” (Hilyatul Auliya’, 1: 326)


Senin, 27 Juni 2016

SABAR



Makna arti hakekat sabar dalam Islam bila diketahui dan dipahami dengan baik oleh setiap muslim tentunya hal ini akan memberikan banyak manfaat keutamaan hikmah di dalam sabar itu sendiri.

Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan,
konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan.

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, "Kedudukan sabar dalam iman laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh." (Al Fawa’id, hal. 95) demikian seperti yang dilansir dari muslim.or.id terkait dengan kedudukan sabar bagi seorang muslim.

Pengertian definisi sabar itu sendiri seperti yang dikutip dari media bahwasannya sabar Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘ Utsaimin rahimahullah adalah seperti yang tercantum dan terdapat pada Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24 yang berbunyi :
"Sabar adalah meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, menahannya dari perbuatan maksiat kepada Allah, serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir Allah…."



Tiga Macam Tingkatan Sabar
Ada  tiga bentuk macam sabar di dalam Islam antara lain adalah :

1.Sabar dalam Ketaatan
Sabar dalam ketaatan kepada Allah yaitu seseorang bersabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah. Dan perlu diketahui bahwa ketaatan itu adalah berat dan menyulitkan bagi jiwa seseorang. Terkadang pula melakukan ketaatan itu berat bagi badan, merasa malas dan lelah (capek).
Juga dalam melakukan ketaatan akan terasa berat bagi harta seperti dalam masalah zakat dan haji. Intinya, namanya ketaatan itu terdapat rasa berat dalam jiwa dan badan sehingga butuh adanya kesabaran dan dipaksakan.

2. Sabar Dalam Menjauhi Maksiat
Ingatlah bahwa jiwa seseorang biasa memerintahkan dan mengajak kepada kejelekan, maka hendaklah seseorang menahan diri dari perbuatan-perbuatan haram seperti berdusta, menipu dalam muamalah, makan harta dengan cara bathil dengan riba dan semacamnya, berzina, minum minuman keras, mencuri dan berbagai macam bentuk maksiat lainnya.
Seseorang harus menahan diri dari hal-hal semacam ini sampai dia tidak lagi mengerjakannya dan ini tentu saja membutuhkan pemaksaan diri dan menahan diri dari hawa nafsu yang mencekam.

3. Sabar Menghadapi Takdir Yang Pahit
Ingatlah bahwa takdir Allah itu ada dua macam, ada yang menyenangkan dan ada yang terasa pahit. Untuk takdir Allah yang menyenangkan, maka seseorang hendaknya bersyukur. Dan syukur termasuk dalam melakukan ketaatan sehingga butuh juga pada kesabaran dan hal ini termasuk dalam sabar bentuk pertama di atas.
Sedangkan takdir Allah yang dirasa pahit misalnya seseorang mendapat musibah pada badannya atau kehilangan harta atau kehilangan salah seorang kerabat, maka ini semua butuh pada kesabaran dan pemaksaan diri.

Dalam menghadapi hal semacam ini, hendaklah seseorang sabar dengan menahan dirinya jangan sampai menampakkan kegelisahan pada lisannya, hatinya, atau anggota badan.

Sabar tidak identik dengan kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang ada, atau identik dengan keterdzoliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk merubah kondisi yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik dan baik lagi.

Oleh karena itulah, marilah secara bersama kita berusaha untuk menggapai sikap ini. Insya Allah, Allah akan memberikan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha di jalan-Nya.

--oo0oo---

Selasa, 21 Juni 2016

IKHLAS



Ikhlas adalah salah satu hal yang bisa menyebabkan suatu amalan ibadah kita diterima Allah Ta'ala. Yang dimaksud dengan pengertian ikhlas adalah memurnikan ibadah atau amal shalih hanya untuk Allah dengan mengharap pahala dari Nya semata. Jadi dalam beramal kita hanya mengharap balasan dari Allah, tidak dari manusia atau makhluk-makhluk yang lain. Demikian adalah pengertian Ikhlas dalam Islam.

Imam Ibnul Qayyim menjelaskan arti ikhlas yaitu mengesakan Allah di dalam tujuan atau keinginan ketika melakukan ketaatan, beliau juga menjelaskan bahwa makna ikhlas adalah memurnikan amalan dari segala yang mengotorinya. Inilah bentuk pengamalan dari firman Allah dalam surat Al-Fatihah ayat 5 yang artinya: "Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan."

Berhati-hatilah bila dalam beramal dalam hati kita menginginkan sesuatu dari tujuan-tujuan duniawi. Karena hal tersebut bisa menjadi pertanda kebinasaan karena Allah tidak akan menerima amal tersebut dan hanya menjadikannya seperti debu yang berterbangan sebagaimana firman Allah yang tercantum dalam QS Al-Furqan: 23 yang artinya: "Dan kami perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan lalu kami jadikan amal itu seperti debu yang berterbangan"

Ikhlas memang tidak mudah. Akan tetapi kita harus belajar dan mempraktekkan keihlasan itu sendiri. Demikian pula seperti yang tercantum dalam hadits qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Sesunggunhnya Allah telah berfirman: Aku sangat tidak butuh kepada sekutu, barang siapa yang mengerjakan suatu amalan yang dia menyekutukanKu di dalamnya maka akan Aku tinggalkan dia dan sekutunya" (HR. Muslim).

Ada beberapa hal yang merusak keikhlasan seseorang yaitu :
1.       Riya’. Pengertian riya adalah seseorang menampakan amalnya dengan tujuan orang lain melihatnya dan memujinya. Dan hal inilah yang termasuk pembatal ikhlas dalam islam. Sehingga kita harus berhati-hati terhadap ikhlas dan menanyakan pada diri kita sendiri Sudah Ikhlaskah Kita ?. Dan ini termasuk dalam perbuatan syirik dan dikategorikan syirik kecil. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Sesungguhnya hal yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, maka para sahabat bertanya : ‘Apakah syirik kecil itu wahai Rasulullah?’. Beliaupun bersabda: ‘Syirik kecil itu adalah riya’. Pada hari kiamat ketika manusia dibalas dengan amal perbuatannya Allah akan berkata kepada orang-orang yang berbuat riya’, ‘Pergilah kalian kepada apa-apa yang membuat kalian berbuat riya’, maka lihatlah apakah kalian mandapat balasan dari mereka’"(HR. Ahmad ).

2.       Ujub. Yang dimaksud dengan pengertian ujub adalah adalah seseorang berbangga diri dengan amal-amalnya. Para ulama menerangkan bahwa ujub merupakan sebab terhapusnya pahala seseorang, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa ujub sebagai hal-hal yang membinasakan. Beliau bersabda yang artinya: "Hal-hal yang membinasakan ada tiga yaitu: berbangganya seseorang dengan dirinya, kikir yang dituruti, dan hawa nafsu yang diikuti"(HR. Al-Bazzar ).

3.       Sum’ah. Pengertian sumah adalah adalah seseorang beramal dengan tujuan agar orang lain mendengar amalnya tersebut lalu memujinya. Maka bahaya sum’ah sama dengan bahaya riya’ dan pelakunya terancam tidak akan mendapatkan balasan dari Allah, bahkan Allah akan membuka semua keburukannya di hadapan manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda yang artinya : "Barangsiapa yang memperdengarkan amalannya maka Allah akan memperdengarkan kejelekan niatnya dan barang siapa yang beramal karena riya’ maka Allah akan membuka niatnya di hadapan manusia"(HR. Bukhari dan Muslim).


Al-An’am
71. ... Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang sebenarnya dan kita diperintahkan agar berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.

Al-Mumtahanah
4. Ya Tuhan kami hanya kepada Engkau kami bertawakal dan hanya kepada Engkau kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali